Merbabu National Orienteering Competition 2017 (M-NOC)
Berlari, Berfikir, Peta, dan Kompas
Berlari sambil berfikir
Berlari sambil orientasi medan
Berlari sambil mengartikan peta
Berlari sambil membidik kompas
Berlari di pegunungan antah berantah
Hari Sabtu tanggal 26 Maret 2017, hujan turun dengan derasnya. Hal itu
tidak menghalangi diri untuk menembus lebatnya yang bercampur angin kencang,
dari kota kecil di kaki gunung Merbabu yaitu Salatiga, menuju ke Taman Nasional Gunung Merbabu di basecamp pendakian Cuntel. Hati sudah tidak sabar kembali bertemu dengan rekan-rekan Mapala di
Jawa Tengah dan sekitarnya,
terlebih komitmen atas telah di daftarkannya saya beserta tim untuk hadir dan
mengikuti serangkaian kegiatan yang ada. Rindu hati dan mata menyapa alam
beserta masyarakat
sekitar pegunungan yang begitu ramah dan arif. Hawa dingin sudah biasa di
daerah ini, ditambah dengan sisa-sisa hujan yang baru berhenti sore ini,
menunggu satu per satu rekan Mapala sekampus saya yaitu STAPALA tiba di lokasi.
Hari semakin sore, kami lanjut melakukan regitrasi perlombaan
yang akan kami ikuti yaitu
Merbabu National Orienteering
Competition (M-NOC). Orienteering atau akrab disebut lari peta
kompas adalah olahraga yang membutuhkan skills
navigasi dengan menggunakan peta dan kompas untuk menyelesaikan suatu
lintasan dari titik kontrol satu ke titik kontrol berikutnya dalam waktu
sesingkat mungkin, pada medan yang belum dikenali sebelumnya. Lebih dari sekedar lari biasa, orienteering memadukan aspek berfikir,
kecepatan, serta kekuatan fisik. Kebetulan orienteering
yang kami ikuti adalah tipe score event,
dilakukan secara tim yang terdiri dari dua orang. Sedangkan teknis perlombaannya, kami dibebaskan untuk
mengambil poin dari titik manapun yang sudah ditandai dalam peta dalam batas waktu maksimal 4 jam. Bisa
dibayangkan selain dituntut kuat berlari di medan yang dinamis, fikiran pun harus jernih agar tepat sasaran dalam
menentukan destinasi poin untuk meraih score tertinggi, sebab tak jarang sering
tersesat.
Berhubung satu tim terdiri dari dua orang,
maka saya bertandem dengan seorang kawan dari komunitas lari
Magelang atas rekomendasi rekan se-Mapala yang kebetulan berasal dari daerah
tersebut. Singkat cerita, relation sebagai
partner tim baru dibangun 2 hari
sebelum kompetisi via Whatsapp antara
Jakarta-Magelang, karena kesibukan dan mendadaknya kesepakat
untuk mengikuti kompetisi ini. Terbilang
nekat dan gila, tetapi saya begitu optimis bisa saling
bersinergi dan saling melengkapi untuk meraih hasil yang optimal. Bermodalkan
niat yang baik dan latihan rutin yang telah responsif di
jalankan masing-masing, meskipun
baru bertemu di lokasi registrasi untuk
pertama kalinya. Setidaknya menambah saudara, pengalaman
dan bonus liburan. Terlebih kompetisi ini adalah kali pertamanya untuk partner lari saya yang akrab
dipanggil Ncep, mengikutinya.
Mental
agak terguncang melihat para rekan
Mapala di Jawa Tengah yang sering memenangkan kompetisi
sebelumnya, turut
kembali bertanding. Masa depan tidak ada yang tahu, segala kemungkinan bisa terjadi begitu pikir saya
sepengalaman mengikuti kompetisi serupa. Meskipun begitu, silaturakhim diantara kami tetap terjalin dengan baik, hanya saja pada waktunya
bertanding masing-masing harus sportif. Dikarenakan orienteering bertanding di medan yang
belum dikenali sebelumnya, kami diangkut dengan truk menuju tempat bertanding
yang letaknya jauh lebih tinggi
dan sudah tidak ada sinyal HP. Sesampainya di lokasi, sebelum mengistirahatkan
fisik dan mental, kami yang terdiri dari 4 tim STAPALA, yaitu 1 tim perempuan dan 3 tim
laki-laki melakukan briefing dan sharing strategi mempersiapan pertempuran keesokan harinya.
Tim Orienteering STAPALA siap bertanding
Pagi yang ditunggu pun tiba, semua peserta berkumpul untuk diangkut
kembali dengan truk menuju titik start.
Begitu objektifnya kompetisi ini, sampai-sampai kami kembali dibawa ke tempat
baru untuk mengikuti upacara pembukaan dan dilanjutkan dengan start orienteering. Tim saya bersama
Ncep yang bernama Tim Orienteering STAPALA (TOS) 2 mendapat kloter ke-4 untuk
mengambil start beserta 10 tim lainnya.
Terlebih dahulu kami mengatur jam tangan yang dipakai agar sesuai dengan waktu
acuan panitia. Kemudian masing-masing tim diberikan peta yang menggambarkan
geografis daerah pertandingan yang telah dibubuhi titik-titik berpoin untuk
dikejar, serta kartu kontrol.
Satu, dua, tiga,
yak!, begitu hentakan suara panitia pada pukul 09.28 WIB sembari melambaikan
bendera start. Semua tim membuka peta
dan berhamburan berlari dengan membidik kompas untuk menentukan arah berlari
guna meraih poin sebanyak-banyaknya. Tim kami pun tidak ketinggalan, telebih
dahulu hinggap di tempat tersembunyi untuk orientasi medan dan menentukan strategi
untuk menyapu titik-titik berpoin tersebut. Kami berdua menyamakan kecepatan
berlari sembari teliti menunjuk posisi pada peta agar tidak tersesat. Di
sepertiga perjalanan, hujan pun turun seirama dengan angin yang cukup kencang.
Kami saling menguatkan dan tetap fokus ditengah orienteering badai ini. Berjuang bersama terasa begitu ringan, tak
lupa kami membagi tugas agar waktu berjalan dengan efisien. Ketika sampai pada
titik kontrol yang dituju, saya menandai kartu kontrol dengan alat punch yang telah disediakan, lanjut menentukan
arah lari. Sedangkan Ncep menulis presensi dengan identitas tim kami sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Tracking lari sangat beragam, bukan
hanya jalan datar, tetapi melintasi perkebunan, persawahan, tak jarang mendaki
bukit dengan ketinggian tertentu. Menguras tenaga dan menguji emosi, disinilah
kekompakan tim sangat dirasakan. Bukan hanya tuntutan kuat fisik, tetapi mental
dan kesabaran harus dapat mengimbanginya demi menuntaskan tugas dengan penuh
tanggung jawab hingga garis finish.
Setiap 30-45 menit sekali saya mengingatkan untuk beristirahat sejenak dan
sekedar membasahi tenggorokan kami agar tidak dehidrasi, sebab perjuangan masih
panjang dan berat. Sepuluh dari dua puluh poin penuh telah terlampaui, teriring
cuaca yang berangsur merekah tersinari matahari menggantikan kelamnya langit. Kami
kembali berdiskusi setelah menggapai poin ke sebelas yang kebetulan dekat
dengan garis finish, masih akan mencari poin lainnya atau mengakhiri
pertandingan yang telah berjalan selama 3 jam ini. Saya pribadi tetap logis dan
mengerti kondisi kami yang telah menembus batas diri ini. Sebab apabila lewat
dari 4 jam pertandingan, maka tim akan dikenakan pegurangan poin.
Menggantungkan harapan
pada doa atas usaha maksimal yang telah dilakukan, kami memutuskan untuk
berlari kompak sekali lagi untuk menembus garis finish karena poin yang kami
kumpulkan juga sudah terbilang cukup. Panitia di garis finish bersorak-sorai menyambut kepulangan kami yang masih
menyisakan waktu 1 jam pertandingan ini. Setelah berusaha dan berdoa, kami pun
bertawakal dan tidak penasaran menanyakan pencapaian tim perempuan lainnya agar
menjadi kejutan.
Turus dan Ncep berdiri di podium bersama Kepala Taman Nasional Merbabu,
UPL Merbabu, dan tim juara kategori umum putri
Rupanya tanggal 26
Maret 2017 menjadi hari ajaib bagi saya dan Ncep, bagaimana tidak? komitmen
kami untuk mengikuti kompetisi ini hingga usai apapun hasilnya, dan niat baik
dalam menjalin hubungan sebagai satu tim yang kompak, membuahkan hasil yang tak
terduga. TOS 2, tim kami dipanggil naik ke atas podium untuk menerima
penghargaan sebagai juara 2 kategori umum putri, tim teratas kedua dari 34 tim
perempuan kategori umum yang turut memeriahkan kompetisi ini. Kami tercegang,
beberapa tim yang digadang menduduki podium ini pun meleset karena mendapatkan
pengurangan poin. Memang masa depan adalah rahasia dan segala kemungkinan dapat
terjadi. Hanya rasa syukur yang kami panjatkan atas diberikannya motivasi baru untuk
semakin giat berlatih dan kembali terjun pada kompetisi berikutnya.
Notes : Sekilas experiences
Turus di kompetisi orienteering tingkat nasional
1.
|
Juara
3 Foot Orienteering category Senior
Woman (>20thn)- Indonesia Orienteering Serie 2
|
Bogor, 27-29 Mei 2016
|
2.
|
Finisher Orienteering category Senior Woman-Indonesia Orienteering Serie 1
|
Cianjur, 25-27 Maret 2016
|
3.
|
Finisher
Lomba Orienteering-HUT ke 70 Topografi Angkatan Darat
|
Jakarta, 9 April 2016
|
4.
|
Finisher Lomba Orienteering Brahmahardhika XIX
|
Surakarta, 14 Agustus 2016
|
Comments
Post a Comment